JAKARTA – Indonesia mencatatkan capaian luar biasa dalam pengelolaan fiskal di tengah perlambatan ekonomi global akibat ketidakpastian geopolitik dan dinamika ekonomi. Hingga 30 November 2024, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp522,4 triliun, setara dengan 106,2% dari target APBN 2024.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa pendapatan negara hingga akhir November 2024 mencapai 89% dari target APBN, dengan kenaikan positif sebesar 1,3% dibandingkan tahun sebelumnya. “Pertumbuhan positif ini menunjukkan momentum turn around yang sangat diharapkan. PNBP mencatatkan capaian luar biasa selama dua hingga tiga tahun terakhir,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Rabu, 11 Desember 2024, di Jakarta.
Ketahanan Ekonomi di Tengah Gejolak Global
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3% dan inflasi tinggi di negara-negara maju, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan sekitar 5%. Hal ini ditopang oleh diversifikasi sumber penerimaan negara dan reformasi kebijakan fiskal yang fokus pada optimalisasi sumber daya.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menambahkan, “Capaian PNBP hingga akhir November 2024 tidak hanya melampaui target, tetapi juga menjadi bukti nyata dari reformasi struktural di berbagai sektor. Ini adalah fondasi yang kuat untuk menghadapi tahun-tahun mendatang.”
PNBP dari Sektor Kekayaan Negara Dipisahkan (KND):
Tercapai Rp86,4 triliun atau tumbuh 5,9% dibandingkan tahun lalu, didukung oleh setoran dividen BUMN perbankan, terutama Bank Himbara.
PNBP Layanan:
Melebihi target APBN 2024 sebesar 117,7% dengan capaian Rp135,5 triliun, didorong oleh pendapatan layanan di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
PNBP Badan Layanan Umum (BLU):
Mencapai Rp88,8 triliun atau 106,5% dari target, dengan pertumbuhan 10,8% dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh pendapatan jasa layanan rumah sakit, pendidikan, pengelolaan dana BLU, dan jasa layanan perbankan BLU.
Tantangan di Sektor Sumber Daya Alam Mineral dan Batubara (Minerba):
Tercatat Rp104,1 triliun atau 94,5% dari target, mengalami kontraksi sebesar 4,5% dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh penurunan lifting minyak dan gas bumi akibat keterlambatan onstream serta penyusutan produksi alamiah sumur migas.
Sumber Daya Alam Non-Migas:
Meski mencapai Rp107,7 triliun atau 110,4% dari target, nilainya terkontraksi sebesar 15,2% akibat moderasi harga batu bara yang memengaruhi pendapatan royalti.
Dukungan bagi Program Prioritas
Capaian PNBP ini tidak hanya menegaskan stabilitas anggaran negara tetapi juga memberikan ruang bagi pemerintah untuk mendukung program prioritas, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Dengan momentum positif ini, Indonesia optimis menghadapi tantangan tahun-tahun mendatang. Kombinasi inovasi kebijakan, reformasi struktural, dan pengelolaan fiskal berkelanjutan menjadi kunci untuk menjaga tren pertumbuhan positif yang telah diraih. (Hms/Dir)